TEMPO Interaktif, Jakarta – Kongo mungkin menjadi salah satu negeri yang paling mengerikan sedunia.
Pejabat Persatuan Bangsa Bangsa menyebut sebagai ” Surga Pemerkosa “.
Bahkan para perempuan di sana sampai harus didampingi tentara bila harus ke pasar.
Menurut Pejabat tinggi PBB, Margot Wallstrom, kekerasan seksual terhadap para perempuan adalah pemandangan rutin di wilayah timur Kongo yang didera konflik.
Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) pekan lalu mencatat setiap
hari ada 14 orang perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual di
Republik Demokratik Kongo. Itu sehari terjadi dua kali pemerkosaan.
“Kaum perempuan Kongo masih tidak aman sekalipun di rumah dan kasur mereka sendiri saat malam datang,” kata pejabat PBB yang belum lama ini mengunjungi Kongo itu.
Wallstrom
menambahkan, pemerkosaan itu merajalela karena “Hukum tidak cukup
ditegakkan di Kongo,” kata Wallstrom. Itulah sebabnya dia menjuluki
negara itu “Ibu Kota pemerkosaan dunia“.
Wallstrom
berharap Dewan Keamanan PBB bisa turun tangan untuk mengendalikan
situasi di sana. Mereka, kata dia, harus mengubah “dari aturan perang ke
aturan hukum” dan “dari peluru ke Pemilu”.
Lembaga-lembaga
bantuan kemanusiaan internasional sudah sering mengungkapkan
keprihatinan soal pemerkosaan di Kongo. Sebagian besar tindak kekerasan
seksual itu terjadi di Provinsi-provinsi Kivu Utara dan Selatan di
wilayah timur negara itu. Di wilayah tersebut ada sekitar 1,4 juta warga
yang mengungsi.
Untuk
menekan kasus kekerasan terhadap perempuan di sana, maka misi PBB di
Republik Demokratik Kongo (MONUC) didukung 20 ribu personel keamanan.
Mereka antara lain bertugas mendampingi para perempuan Kongo yang akan
ke pasar atau mencari kayu api dan air, mengembangkan sistem peringatan
dini, dan membantu para walikota setempat.
Mantan
wakil presiden Komisi Eropa yang bertugas sebagai pejabat tinggi PBB
sejak Februari lalu ini mengatakan, mengakhiri kejahatan pemerkosaan
merupakan salah satu dari lima prioritas program kerjanya.